Oleh :
kelompok 2
Wahyu
Habibie 11-075
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG SEKOLAH
I.
Sejarah
Sekolah
Berawal dari
niat suci Yayasan Bapak Zulkifli, SE, S.Sos untuk beribadah kepada Allah SWT
dan pengabdian dirinya bagi dunia pendidikan. SMK Tritech Informatika berdiri
diawali dengan dibukanya Lembaga Kursus Komputer dan Bahasa Inggris yang diberi
nama Tritech Quantum. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan dari masyarakat
maka pada tanggal 20 Mei 2010
didirikanlah SMK Tritech Informatika dengan memakai konsep SMK IT Modern.
SMK Tritech
Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan,
Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak yang bertempat di Jl. Bhayangkara No. 522
Medan dan diasuh oleh Guru dan Dosen berpengalaman tamatan S1 dan S2 dari
Universitas Negeri dan Swasta yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi
Nasional.
Pada saat ini
SMK Tritech Informatika mengasuh 1000 siswa/i, dengan jumlah pendidik sebanyak
80 orang dan tahun Ajaran 2012/2013 telah menempati gedung baru di Jl.
Bhayangkara No. 484 dengan jumlah kelas sebanyak 36 ruang.
Guna
pengembangan selanjutnya pada tahun 2013 akan dibuka STMIK dan PLSM , hal ini
dilakukan dalam rangka memenuhi keinginan masyarakat dan membantu program
Pemerintah dalam bidang Pendidikan.
II.
Identitas
Sekolah
Nama Sekolah : SMK Tritech Informatika
Medan
NPSN : 10261412
Bidang Keahlian : Teknik Informasi Dan
Komunikasi
Program Keahlian : Teknik Komputer Dan
Informatika
Kompetensi Keahlian : TKJ-Multimedia-RPL
Alamat Sekolah : Jln. Bhayangkara No. 522
CDE, Medan
Sumatera Utara
Telepon : 061 – 6635991 / 061 –
6641576
Website : http://www.tritech.sch.id
Email : smktritech@gmail.com
III.
Visi
Misi Sekolah
·
Visi
Menjadikan SMK berbasis
Teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius, dan Berstandar
Internasional
·
Misi
Siswa/i mampu menguasai
komputer software dan hardware serta jaringan IT.
Melahirkan generasi
yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan.
B.
DATA
OBSERVER
Observer yang terlibat
dalam observasi ini ada 5 orang yaitu :
1. Nama : Sulistia Putri
NIM : 111301017
2. Nama : Yap Rima Oktavya
Sinaga
NIM : 111301042
3. Nama : Ariansyah
NIM : 111301063
4. Nama : Wahyu Habibie
NIM : 111301075
5. Nama : Rahel Marisa Saragih
NIM : 111301092
Kelima
observer merupakan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
stambuk 2011.
C.
KONDISI
FISIK KELAS
Kelas
yang ditetapkan sebagai lokasi untuk melakukan observasi adalah kelas X RPL 1
SMK TRITECH INFORMATIKA MEDAN. Kelas X
RPL
1 ini terdiri dari 29 siswa, dengan perbandingan 25 orang laki-laki dan 4 orang
perempuan.
Ruangan kelasnya berukuran sekitar
6x7 meter. Cat dinding yang digunakan berwarna kuning dan hijau, sedangkan cat
asbes berwarna putih. Lantai terbuat dari bahan keramik berwarna putih. Di
dalam kelas terdapat beberapa fasilitas seperti :
a.
1 buah AC
b.
1 buah TV LCD layar datar
c.
1 buah jam dinding
d.
1 buah whiteboard yang dilapisi kaca
dipermukaannya
e.
1 buah kipas
f.
4 buah lampu neon sebagai penerangan
g.
31 buah kursi lipat
h.
1 buah keranjang sampah
i.
1 buah sekop sampah
j.
1 buah penghapus papan tulis
k.
1 buah serbet tangan
l.
2 buah CPU bekas (dalam observasi I)
m. 2
buah Spidol
n.
Hiasan dinding
D.
HASIL
OBSERVASI
I.
Waktu
Observasi
Observasi dilakukan sebanyak dua kali
dengan keterangan waktu sebagai berikut:
a.
Observasi
I
Hari
/ Tanggal : Senin, 18 November
2013
Pukul : 08.30 - 09.20
Mata
pelajaran : Perangkat Keras
Komputer
Observer
: Yap Rima Okatvya
b. Observasi II
Hari
/ Tanggal : Senin, 18 November
2013
Pukul : 11.00 – 11.30
Mata
pelajaran : Kewirausahaan
Observer : Ariansyah
Sulistia Putri
Rahel Marisa
Wahyu Habibie
II.
Observasi
Terhadap Suasana Kelas
a.
Suasana
Kelas Pada Observasi I (Kelas Perangkat Keras Komputer)
Senin,
18 November 2013, Pukul: 08.30 - 09.20
Pada
saat observasi dilakukan siswa sedang belajar bagaimana cara menghubungkan
setiap kabel yang terdapat di dalam sebuah CPU. Posisi duduk siswa dibagi
menjadi 2 bagian yaitu kanan dan kiri dengan sebuah lorong di bagian tengah
sebagai jalur untuk jalan ke depan dan kebelakang kelas. Pengaturan kursi tidak
berbanjar dengan lurus ke belakang setiap baris dan kolomnya, jenis kursi yang
digunakan siswa juga ada dua jenis yaitu kursi lipat dengan meja yang fleksibel
(dapat diputar ke atas) dan kursi lipat dengan meja yang tidak fleksibel. Kursi
lipat dengan meja yang fleksibel umumnya digunakan oleh siswa perempuan. Siswa
perempuan duduk di satu bagian secara berkelompok di sebelah kiri dengan
beberapa siswa laki-laki dan yang duduk di sebelah kakan adalah kelompok
laki-laki secara keseluruhan.
Metode
pengajaran yang dilakukan oleh guru adalah metode demonstrasi atau praktek
langsung, ceramah dan metode tanya jawab. Ketika pelajaran sedang berlangsung
guru memanggil dua siswa secara bergantian untuk mempraktekkan bagaimana cara
menghubungkan setiap kabel yang terdapat dalam CPU. Siswa yang dipanggil diberi
waktu 10 menit untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dua orang siswa mengerjakan
satu CPU secara bersama-sama di depan kelas. Sementara siswa yang lainnya duduk
di kursi masing-masing. Beberapa siswa laki-laki yang duduk di bagian belakang
terlihat merapatkan kursi baik dari baris dan kolom kursi yang berdekatan.
Mereka bercerita dan tertawa beberapa kali, sementara siswa perempuan ada yang
menundukkan kepalanya ke meja, ada yang menulis-nulis di atas tisu, dan
terkadang terdengar suara yang jelas dan
kuat dari siswa.
Selama
dua siswa sedang mengerjakan penghubungan kabel di depan kelas, guru sesekali
bertanya pada siswa yang duduk tentang hal-hal yang berkaitan dengan apa yang
sedang dipelajari dengan cara menyebutkan nama siswa satu-persatu. Guru tidak menggunakan
daftar absensi untuk menyebutkan nama siswa. Guru cukup melihat ke arah siswa
dan memanggil namanya. Namun untuk beberapa waktu guru melihat laptop yang
terdapat di depan dan membacakan nama siswa yang akan maju. Beberapa kali
terlihat guru melontarkan gurauan kepada siswa yang membuat siswa tertawa.
Ketika guru bertanya tentang jenis kabel dan hal lainnya, beberapa siswa
langsung menjawab, namun ada juga saat tidak seorang siswa pun dapat menjawab.
Ketika tidak ada jawaban, siswa terlihat langsung membuka catatan dan menjawab
pertanyaan guru. Ketika tidak ada jawaban sama sekali guru kembali mengajarkan
dengan menulis beberapa penjelasannya di papan tulis. Terkadang, ketika guru
menerangkan dan menulis di papan tulis terhalangi oleh dua siswa yang juga
sedang mengerjakan tugas mereka. Guru juga lebih sering melihat apa yang sedang
ditulis dan jarang melihat ke arah siswa yang duduk.
Ketika
kelas sedang berlangsung terdengar beberapa siswa yang bercerita-cerita,
tertawa dan marah. Guru beberapa kali melontarkan kata-kata seperti “dengarkan!”
dan “ee bang, tolong ya!”. Di tengah-tengah jam pelajaran bel berbunyi, les
pertama berakhir. Siswa kembali ribut mempermasalahkan apakah bel tanda
istrirahat atau tidak. Tiba-tiba seorang siswa laki-laki berdiri tepat di dekat
guru, membelakangi guru dan melihat jadwal dan berkata “belum wee, sekarang
Senin, masih les dua”. Siswa kembali duduk. Guru tersenyum.
Dua
orang siswa sudah habis waktunya. Guru memeriksa pekerjaan mereka. Guru
menjelaskan bagian apa yang salah kemudian melakukan praktek di depan siswa
bagaimana memperbaikinya. Guru selanjutnya berkata “gagal, kembali ketempat
duduk”. Saat dipanggil dua siswa lainnya dan mereka berhasil guru berkata “
kalian sudah bagus, tapi jangan puas dulu”.
Selama
proses belajar ada beberapa siswa laki-laki yang membuka laptop dan
menggunakannya. Guru menyuruh mereka untuk menutup laptop. Namun siswa tersebut
membuka kembali, dan guru langsung datang ke tempat duduk, menutup laptop siswa
sambil tersenyum.
b.
Suasana
Kelas Pada Observasi II ( Kelas Kewirausahaan )
Senin,
18 November 2013, Pukul: 11.00 – 11.30
Suasana belajar ketika
mata pelajaran kewirausahaan berlangsung dengan adanya interaksi dua arah
antara guru dan siswa. Metode pengajaran yang digunakan oleh guru kewirausahaan
adalah metode ceramah dan tanya jawab. Dalam ceramah, guru memberikan
penjelasan kepada siswa terkait dengan topik yang sedang dipelajari. Topik yang
sedang dipelajari pada saat itu adalah tentang efisiensi dan efektif. Guru
menuliskan beberapa istilah di White board sambil menjelaskan materi.
Sesekali guru berjalan beberapa langkah ke arah siswa sambil menjelaskan
materi. Di tengah-tengah penjelasannya guru juga mengajukan pertanyaan, dan
tanpa ditunjuk beberapa siswa menjawab pertanyaan. Satu pertanyaan terkadang
dijawab oleh dua atau lebih siswa, tidak ada siswa yang mengacungkan tangan
sebelum menjawab. Guru memberikan komentar atas jawaban siswa, misalnya,
‘benar’.
Perilaku tertawa hampir
terjadi di sepanjang proses belajar mengajar. Karena, ketika proses belajar
mengajar berlangsung, baik guru maupun siswa sering melontarkan kalimat-kalimat
humor. Namun meskipun begitu, kalimat tersebut tetap berhubungan dengan topik
yang sedang dibahas. Ketika guru melontarkan kalimat tersebut, siswa pun juga
ikut menjawab dengan jawaban humor.
Masing-masing siswa
duduk di sebuah kursi lipat. Jarak antara satu kursi dengan kursi yang lain
tidak sama, ada yang berjarak 1 ubin, ada yang 2, dan lain-lain. Posisi duduk
siswa juga beragam. Ada yang duduk dengan posisi tulang punggung tegak, ada
yang miring ke kiri atau ke kanan, dan ada pula yang bersandar ke bangku ataupn
ke dinding.
Setiap siswa memiliki
laptop yang diletakkan di atas meja yang melekat pada bangku masing-masing.
Mereka diizinkan untuk menggunakannya di sepanjang waktu belajar. Selain laptop
yang digunakan siswa alat teknologi lainnya adalah TV LCD. TV tersebut
diletakkan di dinding yang berhadapan langsung dengan siswa. TV LCD yang disediakan
bisa dikoneksikan langsung dengan laptop sang guru sehingga siswa bisa langsung
melihat bahan yang digunakan dan diajarkan oleh guru. Selama pelajaran
berlangsung, beberapa kali terdengar suara siswa yang bercerita, tertawa dan
lain-lain. Guru tersenyum ketika melihat dan mendengar siswa tersebut.
Setelah guru
menerangkan tentang topik tersebut, guru kemudian membagikan bahan topik yang
berbentuk file slideshow kepada para siswa. Guru meminta siswa untuk ke depan
mengantarkan flashdisk mereka.
III.
Observasi
Terhadap Media Pembelajaran & Pengajaran
a.
Media
Pembelajaran Siswa
· Pada
observasi I
Pada
saat belajar perangkat keras komputer, media pembelajaran yang digunakan oleh
siswa adalah menggunakan CPU bekas dengan perangkat keras komputer lainnya
seperti kabel-kabel yang terdapat dalam CPU. Siswa bertugas untuk menghubungkan
setiap kabel dalam CPU. Media lain yang digunakan adalah alat tulis dan catatan
untuk menulis penjelasan guru. Sedangkan untuk media elektronik seperti laptop
tidak diizinkan untuk digunakan oleh siswa karena yang menjadi hal terpenting
saat pelajaran tersebut berlangsung adalah perhatian siswa yang fokus terhadap
bagaimana teman yang lainnya mengerjakan tugas dan seberapa paham siswa
terhadap penjelasan guru.
·
Pada observasi II
Media yang digunakan siswa adalah
laptop. Setiap siswa memiliki laptop dan diperbolehkan untuk mengopi materi
guru, sehingga bisa membukanya di laptop masing-masing. Selain media
elektronik, media lainnya yang digunakan oleh siswa adalah kertas dan pulpen
yang digunkan untuk mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh guru.
b.
Media
Pengajaran Guru
·
Pada observasi I
Media
pengajaran yang digunakan oleh guru adalah sebuah laptop, CPU bekas, spidol,
dan papan tulis. Laptop digunakan oleh guru untuk melihat pelajaran sebelumnya
dan bertanya pada siswa apakah mereka masih ingat pelajaran minggu lalu atau
tidak. Selain itu laptop juga digunakan untuk membaca nama siswa yang akan maju
ke depan. CPU digunakan untuk
menjelaskan dan mempraktekkan langsung bagaimana pemasangan yang baik dan benar kepada dua
orang siswa yang telah dipanggil untuk maju ke depan. Ketika guru bertanya dan
tidak ada siswa yang dapat menjawab, guru selanjutnya menjelaskan dengan
menggunakan spidol dan papan tulis untuk mencatat poin penting yang harus
diketahui oleh sisiwa.
·
Pada observasi II
Media pengajaran yang digunakan oleh
guru adalah sebuah laptop, white board,
dan televisi. Laptop digunakan untuk membaca bahan, white board digunakan untuk menuliskan materi yang disampaikan, dan
televisi digunakan untuk menampilkan materi yang sedang dibahas. Kemudian, guru
juga menyediakan power point yang berisi materi dan soal-soal kuis dan membagikannya kepada siswa.
BAB
II
TEORI DAN PEMBAHASAN
Ada 3 teori yang kami gunakan untuk
menjelaskan hasil observasi, yaitu:
A.
TEORI
VYGOTSKY
Fenomena :
Para
siswa terlihat sangat aktif dan santai dalam mengikuti proses belajar mengajar,
sama sekali tidak ada ketegangan di dalam kelas.
Dikaitkan dengan teori :
“Peran pengetahuan dan kemauan
sadar”
Vygotsky
mengidentifikasikan dua fungsi psikologi luas yang penting bagi perkembangan
fungsi mental yang lebih tinggi. Fungsi itu adalah :
a. Pengetahuan
sadar (consciuous awareness)
b. Kontrol
kemauan (yang diatur sendiri) dari aktivitas mental seseorang.
Berdasarkan
teori tersebut , maka keadaan kelas yang santai tersebut bisa dijelaskan,
sebagai berikut :
a. Berdasarkan
poin ini, keadaan yang santai tersebut terjadi karena memang adanya kesadaran
yang baik pada diri siswa untuk menjalani proses belajar. Mereka benar-benar
merasa nyaman menjalani kelas. Hal ini juga didukung oleh pengetahuan yang
telah mereka miliki tentang pelajaran ini, dan juga pengetahuan tentang
karakteristik sang guru yang lumayan humoris.
b. Berdasarkan
poin kedua, yaitu kontrol kemauan dari aktivitas mental seseorang, keadaan kelas
yang santai tersebut tidak terlepas dari
kontrol diri para siswa atas kemauan yang berasal dari proses mental yang
terjadi pada diri mereka. Maksudnya adalah bahwa berbagai dinamika aktivitas
mental yang terjadi pada diri mereka menghasilkan sebuah kecenderungan untuk
menyukai / berkemauan dalam hal pendidikan/ dalam hal ini yaitu ketika
mengikuti kelas kewirausahaan. Kemudian, hasil inilah yang kemudian bisa mereka
kontrol dan kemudian mereka arahkan pada sebuah perilaku yaitu menjalani proses
belajar dengan santai dan nyaman.
B.
TEORI
PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
Di dalam teori
perkembangan kognitif Piaget, ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh
manusia dalam hal perkembangan kognitifnya, yaitu tahapan sensori motor,
praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Sesuai dengan para
siswa yang kami observasi dalam hal ini, mereka sedang duduk di kelas X. Dengan
kata lain, usia mereka sudah rata-rata di atas 14 tahun. Jika dikaitkan dengan
teori perkembangan kognitif Piaget, mereka berada di tahap yang terakhir, yaitu tahapan operasional formal. Dimana di
tahap ini, individu mengalami proses penalaran yang meliputi kapabilitas untuk
secara logis menangani situasi multifaktor, dapat mendeduksi berbagai kemungkinan
dan secara sistematis mengesampingkannya. Penalaran bergerak dari situasi
hipotesis ke konkret. Artinya, dalam
tahap ini, individu sudah mampu mengembangkan pemikiran mengenai sesuatu yang
bersifat abstrak.
Berdasarkan
kapabilitas inilah, guru yang mengajar dalam kelas pada saat itu sudah tepat
dalam menjelaskan materi yang disampaikan. Dalam materi pengajarannya, guru
tersebut mengajarkan konsep-konsep yang abstrak, seperti inovasi, motivasi, kreativitas, dan
sebagainya. Hal ini tentunya sangat membutuhkan penalaran yang baik bagi para siswa, terlebih dalam hal berpikir
abstrak. Dengan materi yang disampaikan oleh guru tersebut, para siswa mau
tidak mau harus menggunakan dan mengoptimalkan kemampuan berpikir abstraknya,
agar materi yang disampaikan dapat diserap dan dimengerti dengan baik.
Selain itu,
untuk memudahkan siswa dalam mencerna materi yang disampaikan, guru
menggunakan beberapa analogi saat menyampaikan beberapa topik. Misalnya, salah
satu topik yang dijelaskan oleh guru tersebut, yaitu mengenai ‘efektif dan
efisien’. Agar lebih mudah dimengerti oleh para ssiswa, guru menggunakan
analogi ‘nyamuk’. Siswa diberikan beberapa pilihan, yaitu bagaimana cara untuk membunuh nyamuk, apakah dengan memukul
menggunakan tangan, memukul menggunakan anti nyamuk,atau kah dengan bom. Dari
beberapa alternatif membunuh nyamuk tersebut, siswa ditanya yang manakah
cara yang paling efektif dan efisien untuk membunuh nyamuk. Tentunya semua
siswa sepakat menjawab pilihan yang kedua, yaitu membunuh nyamuk dengan
anti nyamuk. Karena kita tidak perlu membunuh nyamuk satu persatu, dengan
demikian kita bisa menghemat waktu dan nyamuk tetap mati. Artinya, dengan
memberikan analogi-analogi seperti itu, siswa akan lebih mudah mengerti dan
memahami konsep-konsep abstrak yang menjadi materi yang dajarkan oleh guru.
C.
TEORI
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Gagne
mengidentifikasi sembilan kegiatan pembelajaran untuk dipakai sebagai pedoman
perencanaan pembelajaran. Sembilan kegiatan pembelajaran yang dimaksud adalah
menarik perhatian siswa dengan menggunakan kejadian, pertanyaan yang tidak
biasa, memberi tahu tujuan belajar pada pemelajar, merangsang ingatan atas
pelajaran sebelumnya, menyajikan stimulus dengan ciri yang berbeda, memberikan
bimbingan belajar, memunculkan kinerja, memberi balikan informatif, menilai
kinerja dan memunculkan kinerja dengan contoh baru. Dari sembilan kegiatan
pembelajaran ini, kegiatan yang terlihat selama observasi adalah kegiatan
berikut ini:
i.
Merangsang ingatan atas pelajaran
sebelumnya, hal ini terlihat ketika guru menanyakan beberapa pertanyaan kepada
siswa tentang jenis-jenis kabel dalam CPU komputer. Pada saat guru bertanya,
beberapa siswa ada yang membuka catatan mencoba untuk menjawab pertanyaan guru.
Ini menunjukkan bahwa apa yang ditanyakan oleh guru sudah pernah dijelaskan dan
dicatat sebelumnya.
ii. Menyajikan
stimulus dengan ciri yang berbeda, hal ini terlihat ketika guru langsung
menyediakan stimulus berupa CPU dengan kabel yang sudah dilepaskan. Tentunya
ini menjadi stimulus yang berbeda, karena siswa pastinya akan bertanya apa yang
akan dilakukan terhadap CPU dan kabel-kabel tersebut.
iii. Memberikan
bimbingan belajar, hal ini terlihat dari kegiatan menerangkan atau menjelaskan
yang dilakukan guru di depan kelas. Guru mengingatkan apa yang telah dipelajari
sebelumnya dan guru juga memberikan informasi baru kepada siswa terkait dengan
apa yang sedang dipelajari. Bimbingan belajar juga terlihat ketika guru
mempraktekkan bagaimana menghubungkan kabel yang benar di depan dua orang siswa
yang telah habis waktunya dalam mengerjakan tugas.
iv. Memunculkan
kinerja, hal ini terlihat ketika guru menyebutkan dua nama siswa dan dipanggil
maju ke depan untuk langsung praktek melakukan kinerja mereka.
v. Memberikan
balikan informatif, hal ini terlihat dari feedback
yang diberikan guru ketika dua orang siswa yang maju selesai mengerjakan
tugasnya. Memberikan evaluasi terhadap kinerja siswa.
Namun kegiatan seperti menarik perhatian siswa
dengan menggunakan kejadian tidak seperti biasanya, memberitahu tujuan kurang
terlihat selama observasi, hal ini mungkin terjadi karena observer masuk di
tengah-tengah jam pelajaran pertama. Sedangkan kegiatan menilai kinerja,
sepertinya guru tidak langsung memberikan penilaian saat dua orang siswa
selesai mengerjakan tugasnya. Karena tidak terlihat guru menuliskan atau
mengetikkan sesuatu di catatan pribadinya segera setelah siswa mengerjakan
tugasnya. Untuk kegiatan terakhir, yaitu memunculkan kinerja dengan contoh baru
juga tidak terlihat, karena selama observasi dilakukan kegiatan yang dilakukan
pada umunya berulang. Dimana siswa disuruh maju dua orang secara bergantian
untuk menghubungkan kabel dalam CPU.
D.
TEORI
REAKSI GURU TERHADAP KINERJA SISWA
Good (1980) menunjukkan bahwa guru
seharusnya proaktif dengan menciptakan struktur kelas dimana kebutuhan sisiwa
dengan prestasi rendah dapat dipenuhi tanpa mengabaikan kebutuhan siswa
lainnya. Yang juga penting adalah menghindari tanggapan kepada siswa yang
berisi pesan negatif.
Ketika mata pelajaran komputer dimana
siswa diminta untuk maju dua orang secara bergantian menunjukkan bahwa guru
sudah dapat menciptakan struktur kelas yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan
siswa mulai dari siswa dengan prestasi tinggi hingga siswa dengan prestasi
tingggi. Hal ini terbukti dari giliran yang memang ditujukan pada semua siswa
tanpa terkecuali. Ketika dua siswa yang berada di depan sedang mengerjakan
penghubungan kabel guru juga tidak mengabaikan siswa lain yang duduk dengan
bertanya terkait topik dalam mata pelajaran dan menjelaskan kembali jika
terdapat kesalahan. Namun, untuk tanggapan yang berisi pesan negatif seperti
kurang dapat dilakukan oleh guru. Terlihat dari pernyataan yang mengatakan
“gagal, duduk”.
Perkataan seperti ini tidak dapat
menjadi reinforcement positif bagi siswa. Siswa dapat merasa bahwa kemampuannya
kurang dalam hal praktek tersebut. Kemudian pernyataan lainnya “kalian sudah
bagus, tapi jangan puas dulu”. Pernyataan ini awalnya meningkatkan motivasi
siswa dengan pujian, namun diturunkan kembali dengan menyatakan “jangan puas
dulu”, tambahan kalimat ini juga dapat mengundang tanggapan negatif dari siswa.
Seharusnya pernyataan yang baik mungkin adalah “sudah bagus, tapi untuk ke
depannya lebih bagus lagi ya”. Kata-kata yang bermakna positif akan mampu
meningkatkan motivasi positif siswa itu juga. Sesui dengan apa yang dikatakan
oleh Rohrkemper (1983) bahwa reaksi afektif guru biasanya memengaruhi tindakan
selanjutnya, yang akan menyampaikan pesan tentang kemampuan.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
A.
KESIMPULAN
Hasil
observasi menunjukkan bahwa SMK TRITECH INFORMATIKA MEDAN memang pantas disebut
sebagai sekolah yang berbasis teknologi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya
fasilitas teknologi di dalam kelas seperti TV LCD, AC, CCTV, dan lain-lain.
Jumlah siswa yang ada dalam satu kelas juga tidak terlalu banyak seperti
sekolah pada umumnya. Dan proses belajar mengajar yang dilakukan selalu
berkaitan dengan teknologi.
Ditinjau
dari teori belajar, proses belajar yang terjadi di SMK TRITECH kelas X
RPL sudah baik. Guru memahami perkembangan siswa dan dapat menciptakan suasana
belajar yang sesuai. Guru juga mampu menciptakan interaksi dengan bertanya dan
memberikan feedback terhadap jawaban/pendapat siswa, namun terkadang guru
kurang mampu mengontrol suasana kelas. Guru sudah dapat menciptakan struktur
kelas yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan siswa mulai dari siswa dengan
prestasi tinggi hingga siswa dengan prestasi rendah dengan memberikan kata-kata
positif, namun terkadang guru masih memberikan kata-kata negatif, yang dapat
mengurangi motivasi siswa. Kemauan siswa untuk belajar di kelas X RPL juga cukup baik,
tampak dari keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Namun siswa juga
kurang mampu mengontrol perilaku dan suara saat belajar, sehingga kelas menjadi
ribut.
B.
SARAN
Saran
yang mungkin bisa kami berikan adalah peningkatan kualitas kondisi fisik kelas.
Apa yang ada saat ini sebenarnya sudah baik, namun sepertinya masih bisa
ditingkatkan dalam bentuk perluasan ruang kelas, dan mengganti dinding kaca
dengan dinding biasa atau jika tetap kaca usahakan diberi tirai penutup, hal
ini agar meningkatkan konsentrasi siswa.
Suasana kelas
yang interaktif dan santai memang baik, namun suasana belajar yang kondusif
juga perlu. Baik guru dan siswa perlu untuk memperhatikan suasana belajar di
kelas. Untuk itu kami menyarankan agar setiap siswa mengontrol diri dengan
tidak melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan proses belajar dan agar
guru lebih tegas terhadap siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Gredler, Margaret E. , 2011 , Learning and Instruction Teori Aplikasi,Edisi Keenam . Jakarta :
Kencana
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
OBSERVASI 1
Siswa laki-laki duduk
berkelompokdi sebelah kanan.
Siswa Perempuan duduk
berkelompok di sebelah kiri
Dua orang siswa maju ke
depan untuk mempraktekkan cara menghubungkan setiap kabel yang terdapat pada
CPU
DOKUMENTASI
OBSERVASI 2
Guru menjelaskan materi
di depan kelas
Guru melakukan tanya
jawab dengan siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar